22 September 2009

Menghakimi dan Dihakimi... ???

Mat 7:1-5
7:1 "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
7:3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Manusia itu emang paling gampang menilai. Menilai apapun, khususnya menilai tentang kepribadian orang lain. Biasanya hal nilai-menilai ini kita gunakan kalo ketemu orang baru, kenalan baru atau malah orang lama yang belum begitu di kenal. Proses penilaian juga menjadi sebuah acuan nantinya untuk memperlakukan seseorang. Kan gak mungkin kita bersikap kasar sama orang yang memang sifatnya halus, ato sebaliknya.

Tapi terkadang pula, penilaian ini bisa menipu. Kenapa? Yaah, karena tak jarang manusia itu memakai topeng-topeng dalam hidupnya. Bisa jadi topeng-topeng itu menghasilkan banyak kepribadian dalam satu orang yang sama. Di kantor berbeda dengan di rumah.. Di depan suami ato istri berbeda dengan di depan teman-teman karib, dan sebagainya. Akibatnya orang seringkali menilai seseorang, lalu salah dalam memperlakukannya.

Sebenernya ayat di atas itu ayat asal pilih waktu gw berdoa. Tiba-tiba gw jadi inget pengalaman gw sendiri. Kita diminta untuk jangan sekali-kali menghakimi orang. Dan yang menjadi dasar adalah pertanyaan Yesus sendiri, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?”. Hal yang paling sensitif dan paling menyakitkan orang adalah masalah kejujuran. Orang seringkali di cap tidak jujur hanya karena sekali kebohongan yang mungkin baru sekali ia buat selama hidupnya. Ini namanya menggeneralisir. Padahal yang perlu adalah, sebelum menilai orang itu tidak jujur.. sepantasnya kita melihat diri sendiri. Apakah kita juga sudah dapat jujur terhadap diri sendiri dan orang lain??? Kalo belum maka lebih baik kita ingat kata-kata Yesus saat menyelamatkan wanita berzinah “barangsiapa yang tidak berdosa, lemparlah batu ini untuk pertama kali”.... Jika ada seseorang yang benar2 selalu jujur dalam hidupnya, maka pantaslah dia untuk menilai orang yang tidak jujur.

Oia, perlu diketahui bahwa perlu dibedakan antara nilai dan prinsip. Nilai bersifat relatif sesuai dengan konteksnya. Sedangkan Prinsip sifatnya tetap walau apapun yang terjadi. Keduanya bergerak bersamaan. Nilai selalu mengacu pada prinsip. Kejujuran letaknya dimana??? Prinsip atau nilai?? .... kalo anda menjawab prinsip, maka anda salah. Kejujuran adalah nilai. Kehidupan, cinta kasih itu adalah prinsip. Apa jadinya jika anda jujur tapi dari situ menyebabkan kehilangan seseorang yang anda kasihi??? Lagipula, kejujuran yang berlebihan akan mengakibatkan kenaifan, dan akan membawa banyak masalah ke depannya. Apapun nilainya, prinsip tetap menjadi acuan...

So?? Janganlah cepat-cepat menghakimi orang lain, seolah-olah kehidupannya sudah habis dan tanpa harapan.. Ingat blog gw sebelumnya?? BENCI PERBUATANNYA, (Tetap) CINTAI ORANGNYA... GBU. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar