27 Januari 2010

Setiap detik dalam kehidupan adalah mukjizat Allah

Dimulai sejak Ia mengizinkan kita lahir di dunia ini.....

Ah, akhirnya tiba juga hari bahagiaku. Ya, hari ini adalah saat ketika aku memutuskan untuk mengakhiri masa lajangku. Aku menikahi gadis yang sudah 5 tahun kupacari. Ini adalah hari pernikahan kami. Segala hal sudah kupersiapkan dengan baik dan rapi. Wedding dress terbaik, dan event organizer terbaik di kota ini. Aku berharap peristiwa yang hanya berlangsung satu kali seumur hidup ini akan menjadi hal yang paling berkesan bagi kami, keluarga dan para undangan yang hadir. Tidak lupa, sudah kupesan makanan dan minuman yang terbaik untuk menjamu para undangan yang datang.

Malam harinya, tibalah saat malam resepsi. Aku begitu terharu saat memasuki gedung resepsi pernikahan kami. Semua hadirin memandang kami dan memberi applause kepada kami berdua saat berjalan memasuki ruangan sambil bergandengan tangan. Oh, indahnya. MC membawakan acara dengan sangat baik. Aku dan istriku bersama-sama memotong wedding cake dan saling menyuapi satu sama lain. Kulihat ruangan yang penuh dengan bunga-bunga yang indah, juga foto-foto pre-wed kami yang bertemakan dunia dongeng. Aku pangeran dan istrikulah putrinya. Semua tampak sempurna. Setelah itu, aku langsung naik ke atas panggung bersama istriku, kedua orang tuaku dan mertuaku. Dengan penuh sukacita aku menerima ucapan selamat dari banyak undangan hadir. Seakan rasa lelah, pegal yang menyelimutiku hari ini sirna begitu saja. Mereka semua datang, teman-teman terdekatku, teman-teman sekolahku, bahkan sampai kerabat orangtuaku yang terus terang, tidak ada satu pun yang kukenal. Dari atas panggung ini ku melihat nampaknya para undangan pun ikut gembira bersamaan dengan kegembiraan kami. Aku berharap makanan dan minuman yang tersedia cukup bagi mereka semua.

Tiga jam kemudian, acara selesai. Saat itu, sang MC datang menghampiriku dan mengatakan, “Syukur, terimakasih, acara berjalan dengan baik. Tampaknya perkiraan anda untuk undangan yang datang sebanding dengan makanan yang tersedia.” Mendengar perkataannya, aku puas dan bangga terhadap diriku sendiri. Semua yang kuperhitungkan sebelumnya tepat! Setelah itu, aku menghampiri koordinator perusahaan katering untuk menyampaikan rasa terimakasihku atas kerja keras mereka. Sebelum aku sempat menyampaikan maksudku, ia menyelaku, “Maaf Pak, tadi sebenarnya kita kekurangan makanan dan minuman karena ternyata perhitungan Bapak meleset. Terlalu banyak orang yang datang”.
Aku tersentak!!... lalu bertanya dengan rasa penuh penasaran, “Lalu mengapa bisa cukup?”
“Iya, tadi ada seorang ibu dan anaknya menyuruh kami berbuat seperti apa yang mereka katakan. Tiba-tiba entah mengapa makanan dan minuman yang ada menjadi cukup. Kalau anda mau berterima kasih, berikanlah kepada mereka, jangan kepada kami. Kami bekerja keras karena anda membayar kami. Tetapi merekalah yang telah membuat mukjizat pada pesta ini.”, jawabnya.
“Kalau begitu, di mana mereka sekarang?”, tanyaku lagi.
“Waduh Pak, sepertinya mereka sudah pulang”, jawabnya sambil lalu meninggalkanku.
Aku terdiam, dan berkata kepada diriku sendiri. Tidak sepantasnya aku menerima pujian sang MC. Apa jadinya pestaku ini kalau mereka tidak ada.

Kisah di atas adalah sebuah adaptasi lain dari Kisah Injil Yoh 2:1-11, Perkawinan di Kana. Ada 5 tokoh dalam kisah itu, Ibu Maria, Yesus, pelayan-pelayan, pemimpin pesta dan mempelai laki-laki. Cerita di atas mengambil sudut pandang dari mempelai laki-laki yang akhirnya tahu diri, bahwa kesuksesan pestanya ternyata terjadi karena adanya mukjizat yang dilakukan oleh seorang ibu dan anaknya.

Saya kira anda sudah tahu pesan apa yang ingin saya sampaikan lewat tulisan ini. Jangan sekali-kali merasa tinggi hati karena prestasi-prestasi yang kita buat. Ingat! Tuhanlah yang sebenarnya harus dipuji, karena Ia sudah membuat mukjizat selama hidup kita selama ini.... Ia mulai mukjizat-Nya itu ketika mengizinkan kita lahir dan tetap hidup di dunia sampai sekarang ini. ^^

12 Januari 2010

Menikah atau Imam yang Selibat??.....

Bagaimana cara anda mencapai ke sekolah/tempat anda bekerja? Anda mungkin akan menanggapi pertanyaan ini dengan pelbagai macam jawaban beserta alasannya. Ada yang memilih jalan kaki, karena memang jarak yang dekat dari tempat tinggal. Ada pula yang memilih naik mobil, atau motor. Ada juga yang memilih naik bus transjakarta. Atau mungkin anda aktivis B2W, memilih untuk menggowes sepeda?? Yang jelas banyak jalan menuju Roma. Ada banyak sarana yang bisa kita pakai untuk mencapai ke satu tempat tujuan.

Selanjutnya lagi, saya akan bertanya kepada anda: apa tujuan anda hidup di dunia ini? ....... Simpan jawaban anda dulu sampai akhir tulisan ini, karena saya ingin sedikit bercerita tentang permenungan yang saya lakukan.

Dulu, sewaktu di seminari menengah dan awal-awal di seminari ada satu pertanyaan yang paling sulit saya jawab. Pertanyaan yang paling klise jika menyangkut diri seorang calon imam. “Mengapa anda mau menjadi imam?” Ya, pertanyaan itulah, yang seringkali malah membuat saya berpikir sendiri, mengapa ya saya mau menjadi imam? Padahal, pada awalnya saya tidak pernah berkeinginan untuk menjadi seorang pastor. Dulu, saya masuk seminari karena mau main orkestra. Setelah main orkestra saya terpenuhi, saya jadi bingung. Apa yang selanjutnya menjadi tujuan hidup saya. Apalagi setelah lulus seminari menengah, saya tidak lagi main orkestra. Setelah kurang lebih mengembara selama 12 tahun di dalam panggilan ini sejak seminari menengah akhirnya saya mengerti apa tujuan hidup saya. Saya hidup semata-mata hidup hanya untuk mencintai dan mengabdi Tuhan. Itulah tujuan hidup saya, dan tujuan hidup seluruh manusia di dunia ini. Dunia ini menawarkan beragam cara untuk mencapai tujuan itu. Tentu, yang paling jelas adalah dengan memilih agama. Agama bukan tujuan, tetapi hanyalah salah satu cara bagaimana kita sampai kepada Allah.

“Frat, jadi romo kan gak boleh menikah.” Ya jelas. Menikah atau menjadi imam yang selibat adalah juga sarana untuk menjadi tujuan itu. Nah, roh jahat menggoda manusia dengan mengaburkan apa yang menjadi tujuan hidup manusia dan sarana untuk mencapainya. Jika orang ditanya, apa yang menjadi goal dalam hidupnya? Kebanyakan biasanya menjawab, kekayaan, kedudukan terhormat, isteri cantik, suami yang tampan, keluarga yang bahagia, dan sebagainya. Padahal semua itu hanyalah sarana agar kita dapat semakin mencintai Tuhan. Jika anda masih menganggap menikah adalah tujuan hidup, saya kasihan kepada anda. Jika hal itu terjadi, setelah menikah, anda akan menganggap segalanya sudah selesai. Atau jika ternyata perkawinan anda tidak seindah yang dibayangkan sebelumnya, anda lalu menyesal setengah mati. Sama halnya jika saya hanya menganggap imamat sebagai tujuan hidup. Setelah jadi imam, berarti sudah selesai. Godaan akan semakin besar jika seorang tidak lagi bahagia dalam menjadi imamatnya. Dia akan dengan mudah lari ke tempat lain. Atau, hal-hal lain yang sebetulnya sifatnya hanya sarana tapi kita pandang hanya sebagai tujuan hidup. Bayangkan, jika semua tujuan hidup itu terpenuhi, anda mau berbuat apa setelah itu? Toh, saat anda meninggal semua hal itu ditinggalkan. Dan kita akan berhadapan one on one dengan Allah sendiri.

Menikah atau menjadi imam yang selibat? Bagi saya, kedua pilihan hidup serius ini sama-sama mulia, sejauh membantu manusia lebih mencintai Tuhan. Sekali memilih satu di antara keduanya, keputusan itu berlaku untuk selamanya. Dengan memilih menikah, ia diharapkan semakin mencintai Tuhan sebagaimana ia mencintai pasangan dan anak-anaknya. Pun juga dengan menjadi imam yang selibat, ia diharapkan lebih mencintai Tuhan dengan melayani Gereja-Nya. Maka, jika sekarang orang bertanya mengapa saya mau menjadi imam, saya akan menjawab: Bagi saya, dengan menjadi imam, saya terbantu untuk mengikuti Yesus dengan lebih dekat. Dengan selibat, saya terbantu untuk lebih mencintai Tuhan dengan lebih intim, bebas, dan tidak terikat. ^^

Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan itu menyelamatkan jiwanya. Ciptaan lain di atas permukaan bumi diciptakan bagi manusia, unuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan. Karena itu manusia harus mempergunakannya, sejauh itu menolong untuk mencapai tujuan tadi, dan harus melepaskan diri dari barang-barang tersebut, sejauh itu merintangi dirinya. Latihan Rohani St. Ignatius no. 23. Asas dan dasar.

Tuhan, apakah aku ini sehingga Engkau memeliharaku??

Aku iki sapa? Aku dudu sapa-sapa....

Memasuki hari ke-lima dalam retret agung ini, saya berkesempatan untuk kembali merenungkan sejarah perjalanan hidup. Dalam permenungan dan doa meditasi yang kulakukan tiba-tiba pikiranku melayang untuk menghadirkan kembali orang-orang yang pernah saya jumpai selama hidup ini. Tanpa mereka semua yang jelas saya tidak pernah bisa menjadi sekarang ini. Banyak hal baik dan juga pengalaman yang memberikan pelajaran yang dapat kutimba saat berjumpa dengan mereka. Tuhan tetap memeliharaku sampai saat ini, lewat perjumpaanku dengan mereka. Maka, saatnya, dalam tulisan ini aku mengucapkan terima kasih kepada mereka atas apa yang mereka berikan bagi hidupku. Sebenarnya banyak orang-orang yang kujumpai. Tapi yang kutulis di sini adalah mereka yang masih kuingat dalam pikiran dan hatiku sampai sekarang.

Buat mama, yang jelas sudah mengijinkanku hidup di dalam rahimnya dan melahirkanku ke dunia, dengan operasi sesar. Mama juga yang membawaku ke paroki Cijantung untuk misa natal, sehingga saya bertemu dengan orkes Seminari Wacana Bhakti. Saat itulah aku memutuskan untuk mendaftar ke seminari. Buat papa, yang selalu menasihatiku untuk selalu cekatan dan serius dalam mengerjakan suatu hal. Yoseph Yulianto, bagaimana pun juga elo satu-satunya saudara dan teman gw di keluarga. Semoga kita semakin kompak sampai hari tua nanti.. hehehe

Makasih buat Ardi, Dwi, Sigit, Ika dan semua teman-teman sepermainan sewaktu saya kecil dulu. Kita pernah bareng2 ke ancol, liat lumba-lumba. Nonton film saint seiya (yang waktu itu masih pake decoder) di rumahnya ika. Numpang maen komputer windows 3.1 (yang saat itu udah keren banget) di rumahnya Ardi. Maen bersama saat sore hari, dompu, bete, tap jongkok, tap umpet, bola gebok, dan macem2 permainan lainnya. Entah bagaimana kabar kalian semua. Keluarga besar SDK. II Slamet Riyadi... yang kebanyakan aku ingat juga masih SMP bareng2 di skolah yang sama. Buat guru-guru SD, Bu Narti, Bu Ketut yang selalu seneng kalo saya menari kreasi.

Makasih juga buat temen-temen SMP, 1E, 2C, 3B. Irawati, Elsa Herda temen bangku di kelas 1. Edgar, Alm. Ari Peruel, Jody, Abidan, Tommy Rahardianto, yang pernah ngeband bareng. Mereka ini jadi temen ketika saya suntuk belajar. Setelah sekolah, langsung cabut ke studio Asri, ngeband ampe puas.... waktu itu fasih banget maenin Creep-nya Radiohead. Antonio “Mabal” yang menarikku ke atas truk yang udah jalan waktu rame2 kampanye golkar.. kalo lo gak narik, gw bisa kelindes kali ama mobil di belakang.. hehehe. Teman-teman satu regu Pramuka, Regu Cendrawasih, yang dapet juara 1 pada lomba pramuka di Taman Mini. Inget gak, kita dapet nilai sempurna waktu PBB? Billy, Herdi, Badra, Yudha, Frans Partahi, dkk... Pak Herman, plus teman-teman DKP yang lain... makasih ya! Artika Febriana, adik kelas, satu-satunya pacarku waktu SMP. Padahal waktu nembak sebenernya aku hanya iseng. Tau-tau diterima, pacaran eeehh jadi beneran naksir. Sebenernya, bukan dia yang awalnya aku taksir, melainkan temannya, Frisca Angreni. Tapi yaaahh.. aku selalu grogi kalo berhadapan dengan orang yang aku suka. Tikalah yang membuatku dikenal sama guru-guru SMP. Kalo para guru nanya, “Toni (nama panggilan saya saat SMP) siapa? Toni-nya Tika?” hiyaaaa... jadi eksistensiku ada karena kehadiran Tika. Maklum, dulu aku kurang eksis dan dia anak pinter di sekolah, hehehehe. Sempet putus karena kejadian sepele (maklum anak SMP). Trus jadian lagi tgl 14 Agustus. Aku ingat karena hari itu bersamaan dengan hari Pramuka ehehehe.. Sering banget komunikasi dengan surat2an. Maklum.. belum ada hape, pager aja masih mewah waktu itu hehehe. Masa pacaran yang nanggung, karena aku memutuskan masuk seminari. Dia sempet memberikan rosario.. “sori Tik, rosarionya sekarang gak tau ada dimana.. hehehe”. Masih sempet jadian hingga awal-awal bulan gw seminari. Tapi akhirnya kami putus, lewat telepon. Pertimbanganku saat itu, karena aku tidak bisa berjalan di dua rel sekaligus. Harus pilih salah satu. Bagaimana pun juga terima kasih Tik.. ^^
Buat Guru les privat organ dan gitar klasik yang aku lupa namanya. Makasih buat ilmu-ilmu dasarnya. Maaf karena saya hanya kuat sebulan, abis itu berhenti.... karena saya tidak betah diatur2 dalam bermusik hehehehe.. ^^

Di SMA, di Seminari siapa lagi yang patut aku ucapkan terima kasih selain keluarga kedua, Angkatan 12 SWB. 26 jejaka muda yang tergabung dalam X2 Gen, begitu kami disebut. Sony, Hepi, Reza, Alex Gultom, David “Betty”, Leo “Macan”, Evan, Nango, Bambang (GBS), Arnanda “Ucil”, Taufik, Asido “bayi”, Rahmat, Willibrordus, Krisdianto “cen-cen”, Aditya Sampurno “Ncup”, Kelly, Bim-bim, Lukas Wiganggo, Tri “plongo”, Andri “gondes”, Donny, Mario Dicky, Aloy, Rocky “Acoy”. Empat tahun kebersamaan kita tidak dapat ditukar dengan apapun. Dari 26, kini tinggal 4 orang yang masih bertahan di seminari. Aku sendiri dan sony di KAJ. Kelly di Keuskupan Bandung dan Lukas di Keuskupan Bogor. Kita saling mendoakan teman. Para staf seminari Wacana Bhakti 1998-2002, khususnya Rm. Adji Prabowo, Pr yang memengaruhiku untuk masuk Projo Jakarta. Angkatan-angkatan lain, 9, 10, 11, 13, 14, 15. Para tutor musik, Pak Didiek SSS yang melatihku memainkan clarinet, dan Pak Gatot melatihku menggebuk drum. Dan juga keluarga besar SMA kolese Gonzaga, yang jelas ikut mewarnai hari-hari masaku ber-SMA.

Bapak Kardinal Julius Darmaatmadja, terimakasih karena mengizinkanku bergabung dalam korps Seminari Tinggi KAJ. Terimakasih juga buat komunitas Tahun Rohani 2003, Rm. Sarto, SJ. Arif, Alex, Carol, Stanley, Hepi, Sony, bersama2 kita berdoa, belajar dan mengolah hidup pribadi. Natalia Dwi “monyong” yang pernah mengisi hari-hariku dengan kegilaan-kegilaannya. Hehehehe. Pertama ketemu saat aku membantu misa Taize di kampusnya dulu. Ternyata, pertemuan berkembang ke arah pertemanan, dan lebih dari itu. Gw masih mikir, knapa dulu waktu elo ngasi undangan merit gw gak bisa nangkep maksud terselubung lo ya?? Hehehe. Dwi, meskipun akhirnya kita gak bisa bersama tapi elo slalu gw inget sampai kapanpun. Makasih ya ^^.
Mba Sisca dan teman2 dari pasar minggu atas pengalamannya tiap weekend, biro tunanetra laetitia yang mengajarkan diriku untuk tidak pernah menyerah meskipun memiliki cacat fisik.
Civitas Academica STF Driyarkara. Rm. Deshi Ramadhani, SJ yang dengan sabar mau membimbing penulisan skripsiku. Staf Seminari Tinggi KAJ. Fr. Angga yang udah mau ngambilin naskah skripsiku waktu sidang. Kalo gak ada lo bisa gak lulus gw hahahaha. Rm. Koelman, yang selalu melihat hal positif dalam diriku dan selalu mendukungku untuk menjadi imam.
Komunitas romo, bruder, guru, dan almamater Kolese Gonzaga. Rm. Koko, SJ, Pak Is, Effendi, SJ, Pak Adi, Dora, teman satu kantor moderator SMA.
Rm. Rudi Hartono, Rm. Frans Doy, Rm. Jack Tarigan, teman-teman komunitas saat TOP di Pulogebang. Mereka yang membuat aku yakin untuk terus menapaki panggilan. Umat Allah Paroki Pulogebang, OMK St. Gabriel, komunitas PALAGA, Komunitas Sepeda Gabriel, terimakasih karena saya boleh belajar di tengah-tengah anda sekalian untuk mengembangkan orang muda. Karyawan pastoran Pulogebang, Bu Catherine, Bu Antin, Aldi, Mincus, Chika, Tere, Siska, yang jadi teman-teman saat aku kesepian di pastoran. Fenny, makasih udah pernah memercayaiku. Membuka mataku untuk tidak naif dalam memandang kehidupan. Dia pula yang membuatku belajar untuk lebih rendah hati dengan menjaga kepercayaan yang diberikan orang lain. Terimakasih, semoga elo bisa meraih apa yang elo cita-citakan. Cilla, salah satu orang gila lainnya, yang demen banget berkaraoke hahaha. Erika Prabawati, Sisca Paramita, makasih udah mau menjadi teman nonton film saat sedang liburan hehehe...
Komunitas Seminari Tinggi St. Paulus, Kentungan... UNIOK Jakarta, KMKAJ, KMK-FKH UGM... kita masih akan bersama-sama menapaki hari-hari untuk beberapa tahun ke depan.

Untuk anda semua, yang tertulis maupun yang tidak, aku percaya anda semua adalah perpanjangan tangan Tuhan yang membentuk diriku sampai sekarang ini. Aku tidak dapat membalas kebaikan anda satu-persatu.. tapi percayalah, bahwa anda semua selalu ada dalam doa-doaku. Terimakasih untuk Tuhan yang sudah menghadirkan anda semua di dunia ini, sehingga aku bisa mengenal kalian. Terimakasih semua!!! ^^