22 Maret 2010

KASIH ITU.......

1Kor 13:1-13

Dalam sebuah kesempatan saya tertarik untuk merenungkan sebuah perikop kitab suci. Hati saya tertumbuk pada sebuah perikop yang sudah dikenal banyak orang, khususnya mereka yang akan menikah. Perikop ini biasanya dipilih dan dijadikan sebagai landasan utama sebuah pernikahan. Yang saya maksud adalah surat paulus kepada jemaat di Korintus, 13:1-13, yang berbicara tentang kasih.
Jika orang berbicara tentang kasih, biasanya diasosiasikan dengan kata "cinta”. Bagi saya, pembedaan ini hanya terletak pada masalah bahasa. Keduanya memiliki arti yang kurang lebih sama. Nah, arti kasih yang seperti apa? Pertanyaan itulah yang coba saya jawab dalam tulisan blog kali ini. Berpangkal dari surat paulus ini, saya akan mencoba mendefinisikan kata “kasih”. Anda boleh setuju atau tidak setuju. Tapi saya rasa pada akhirnya nanti anda akan setuju pada saya. Mengapa? Tunggulah sampai akhir tulisan ini. So, happy reading.... ^^


I. Bahasa Manusia (1Kor 13:1-3)
Pada bagian pertama ini Paulus lebih menitik beratkan pada bahasa manusia. Paulus mau menyentuh tindakan-tindakan yang dilakukan manusia kesehariannya dan dikaitkan dengan kasih.

13:1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Tong kosong nyaring bunyinya. Air beriak tanda tak dalam. Paulus mau menggambarkan bagaimana bahasa, verbal maupun non verbal yang sebagus dan seindah apapun menjadi kosong jika kita tidak melakukannya dengan kasih. Percumalah kata-kata indah, pujian, sanjungan, rayuan-rayuan jika semua tindakan itu tidak dilandasi pertama-tama oleh kasih. Semua itu tidak lebih daripada sampah.

13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
Ayat ini lebih menyoroti aspek iman dan kognitif manusia. Manusia bisa mencari ilmu pengetahuan setinggi-tingginya. Manusia juga bisa menjadi seorang yang beriman sedalam-dalamnya. Tetapi jika ia melakukannya itu dan tidak melandaskannya pada kasih, Paulus mengatakan: sama sekali tak berguna. Tidak ada gunanya ilmu yang hanya dipakai untuk kehebatan diri sendiri. Pun pula iman yang hanya berlaku untuk keselamatan diri sendiri. Bukankah lebih mulia jika keduanya itu digunakan demi kasih terhadap sesama dan hadirnya Kerajaan Allah di dunia?

13:3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Ayat terakhir dalam bagian pertama ini mau mencoba menyentuh aspek sosial manusia. Paulus mau mengritik orang-orang yang menderma yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Ia mengatakan bahwa seberapa baiknya perbuatan kita, tetapi jika tidak dilandasi kasih, hal itu tidak ada maknanya sama sekali. Begitu pula dengan paham kemartiran. Orang mungkin menyangka mati demi membela iman dapat disebut martir. Tunggu dulu. Apakah pengorbanan diri itu juga bersumber dari kasih yang sama? Kalau hanya demi mencari ketenaran diri dan sensasi buat apa? Lebih mulia seorang ayah yang bekerja keras siang dan malam, agar keluarganya bisa hidup sejahtera.

II. Kasih itu..... (1Kor 13:4-7)
Kita sampai pada maksud utama Paulus. Dalam empat ayat berikut ia mendefinisikan apakah kasih itu? Ia menyajikannya dengan bahasa afirmasi dan negasi. Kasih ia personifikasikan, seolah-olah menjadi sesuatu yang hidup. Dengan menulis surat ini, Paulus menajamkan kembali nilai-nilai kristiani yang sudah ada. Maka, marilah kita merenungkan satu persatu definisi kasih yang dimaksud.

13:4 Kasih itu sabar;
Seringkali yang menyebabkan seorang itu ceroboh adalah ketidaksabaran. Ia tidak bisa menunggu dalam waktu yang lama. Hal ini juga mengakibatkan seseorang keliru dalam mengambil keputusan. Sabar berarti bisa menunggu. Ia mengajak orang untuk tidak reaktif dalam menanggapi suatu peristiwa. Reaktif itu seperti lolongan anjing atau serigala. Begitu satu dari hewan itu melolong, yang lain mengikuti lolongan itu, meskipun tidak tahu lolongan itu untuk apa.
Sabar berarti mampu mengambil jarak terhadap diri kita maupun lingkungan sekitar kita. Berkaitan dengan pilihan, sabar juga diartikan sebagai kemampuan untuk mampu menimbang-menimbang pilihan sebelum mengambil sebuah keputusan. Tidak tergesa-tergesa. Tidak hanya mengandalkan emosi sesaat. Berpikirlah sebelum bertindak.

kasih itu murah hati;
Sebuah barang yang dijual murah biasanya paling dicari oleh banyak orang. Apalagi jika ia juga berkualitas akan makin banyak orang yang mencarinya. Mengapa? Karena barang itu mampu menyentuh dan menerima orang lain, bagaimana pun kondisinya. Ia mampu menyediakan diri bagi mereka yang mampu maupun kurang mampu. Semua lapisan bisa memilikinya.
Sikap murah hati adalah sikap terbuka terhadap siapapun. Hati yang “murah” memampukan kita untuk menerima siapapun, apapun kondisi mereka. Mereka yang tenar, maupun disingkirkan bisa diterima oleh kita yang memiliki sikap murah hati. Kasih itu murah hati, sebab ia membuka hati bagi siapapun dalam kondisi apapun. Ia melampaui segala perbedaan fisik, jenis kelamin, status sosial, suku, agama dan ras.

ia tidak cemburu.
Banyak orang bilang cemburu adalah tanda cinta. Benarkah? Saya kira pernyataan itu harus semakin diverifikasi kebenarannya. Paulus pasti punya alasan mengapa ia mengatakan kasih itu tidak cemburu. Darimana sebenarnya datangnya cemburu? Cemburu muncul ketika seseorang/sesuatu yang seharusnya hanya menjadi milik kita ternyata ikut “dinikmati” oleh orang lain. Dengan kata lain, sesuatu/seseorang itu menjadi terbagi, atau bahkan sepenuhnya menjadi milik orang lain. Ia jauh dari kita saat kita membutuhkannya.
Cemburu memiliki makna lebih dalam daripada makna luaran itu. Cemburu adalah tanda bahwa seorang tidak nyaman dengan apa yang ada dalam dirinya sendiri. Ia kesepian, butuh seseorang/sesuatu untuk mengisi kesepian itu. Kebutuhan ini lantas menjadikan seseorang/sesuatu itu menjadi obyek pemuas kesepian itu. Kasih bukan berarti mendukung kita membiarkan orang lain memiliki apa yang kita punya. Bukan soal itu. Yang mau ditekankan adalah sikap egois diri. Kecemburuan adalah sifat yang selalu mengarah ke dalam diri sendiri. Ia selalu muncul di saat kita ingin nyaman, dan aman, meskipun harus mengorbankan kebebasan dan mengobyekkan orang lain. Cemburu juga menjadi akar sifat posesif. Bukankah seringkali kita cemburu buta, cemburu tanpa tau alasan dan kebenarannya?

Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Kasih selalu mengarah ke luar dari diri. Memegahkan diri dan sombong adalah sifat yang sama sekali bertolak belakang dengan sifat kasih. Seseorang memegahkan diri dan sombong biasanya karena menganggap dirinya hebat, berprestasi, dan lebih dari yang lain. Padahal, semua prestasi itu didapatkan bukan karena hebatnya kita. Tetapi justru karena jasa orang yang pernah ada dalam sejarah hidup kita. Mulai saja dari yang paling mudah. Tidak akan ada orang seperti Albert Einstein di dunia ini jika tidak ada ayahnya yang menanam benih, ibunya yang mengandung dan melahirkannya ke dunia ini. Jadi, masihkah kita buta dan memegahkan diri kita sebegitu rupa?

13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan
Sopan menjadi relatif karena dunia ini terdiri dari tradisi dan budaya yang beragam. Apa yang kita anggap sopan di daerah A, mungkin dianggap melecehkan di daerah B. Oleh karena itu, Paulus tidak menyentuh konsep kesopanan dalam tataran praksis seperti ini. Ia bergerak lebih dalam lagi. Sopan berarti memberi perhatian dan penghargaan terhadap kehadiran orang lain sesuai dengan konteksnya. Saya pernah membaca sebuah artikel. Barrack Obama, presiden AS sekarang, pernah dikritik keras karena menunduk saat bertemu dengan perdana menteri Jepang. Mereka yang mengritik mengatakan bahwa tidak sepantasnya Obama, sebagai pemimpin negara adidaya di dunia merendahkan diri seperti itu. Jika peristiwa ini dikaitkan dengan definisi kasih ini, bagaimana tanggapan anda?

dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Saya rasa definisi kasih itu tidak perlu dijelaskan lebih lanjut. Segala hal yang mengarahkan kepada pemenuhan kepentingan diri sendiri tidak akan pernah masuk ke dalam kategori kasih.

Ia tidak pemarah
Apakah menjadi pemarah berarti menjadi orang yang tidak memiliki kasih? Pertanyaan inilah yang mau dijawab oleh Paulus. Definisi ini bukannya melarang kita untuk marah. Bukan itu. Tidak pemarah lebih menitikberatkan kemampuan kita untuk mengendalikan diri. Sifat pemarah selalu dilawankan dengan kesabaran. Biasanya saat menenangkan orang yang sedang dinaungi kemarahan kita mengatakan, “Sabar dulu, coba sabar ya... “. Sekali lagi definisi ini mengajak kita untuk coba mengambil jarak atas apapun yang terjadi di luar diri kita. Jernihkan pikiran kita sebelum marah. Jika ada alasan yang masuk akal dan bertanggung jawab, dan anda perlu untuk marah, maka marahlah! Saya pun pernah marah, karena saya butuh untuk marah untuk menenangkan murid-murid yang tidak bisa diatur dan kurang ajar.
Ada sebuah analogi. Sebuah botol yang berisi air putih dikocok bersama-sama dengan sebuah botol yang berisi soda/cola. Saat dibuka, air yang berisi air putih akan tetap jernih. Sedangkan botol satunya akan memuncratkan isinya ke berbagai arah. Rangsangan yang sama menimbulkan reaksi berbeda. Botol yang manakah yang menggambarkan diri anda saat ini?

dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Menyimpan kesalahan orang lain adalah sikap yang sangat tidak masuk akal. Bagi saya, tindakan ini sama dengan ketika seseorang meludahi pakaian kita, lalu pakaian itu kita simpan terus menerus alih-alih dicuci. Tindakan ini sangat membuang energi yang sebenarnya dapat dipakai untuk hal berguna lainnya.
Tidak menyimpan kesalahan orang lain juga berarti tidak berpikir negatif terhadap orang lain. Tidak berusaha mencari kesalahan sesama. Tidak membicarakan kejelekan orang. THINK NO EVIL!!!! Gunakanlah energi anda untuk membuat kebaikan.

13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Bicara ketidakadilan, kita harus berbicara tentang definisi keadilan. Apa itu adil? Apakah hanya berhenti pada konsep sama rata sama rasa? Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa keadilan sebenarnya harus dipahami secara sederhana. Keadilan berarti kewajiban untuk memberikan perlakuan yang sama terhadap semua orang lain yang berada dalam situasi yang sama dan untuk menghormati hak semua pihak yang bersangkutan (Etika dasar, hlm132. Kanisius: 1987). Jika anda membeli 1 es krim untuk kedua anak anda di rumah. Anda tidak adil karena ada satu anak yang tidak mendapatkan es krim. Lain hal jika anak tersebut sedang pantang es, sakit, atau malah sedang di luar negeri. Situasi yang berbeda menuntut perlakuan yang berbeda.
Kebenaran yang dimaksud Paulus tidak berhenti pada hal hukum. Kebenaran yang harus menjadi pegangan kita adalah pegangan iman yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan lebih tinggi dari hukum apapun di muka bumi ini. Di mana kita bisa mencari kehendak Tuhan? Carilah di Kitab Suci, tentu dengan memperhitungkan konteks dan situasi isi kitab suci itu.
Paulus mengajak kita untuk berdukacita jika kita melihat ketidakadilan. Suara hati kita terusik. Kobarkanlah hati demi kerinduan akan hadirnya kebenaran!!

13:7 Ia menutupi segala sesuatu,
Suatu kali anda kehujanan, tanpa membawa payung maupun jas hujan. Anda sangat kedinginan. Lalu anda masuk ke sebuah warung untuk berteduh. Melihat anda kedinginan, sang pemilik warung menyajikan teh hangat, pisang goreng hangat, gratis. Tidak hanya itu, ia juga meminjamkan handuk untuk anda. Anda merasa sangat aman dan hangat saat itu. Padahal sebelumnya anda merasa kedinginan dan terancam.
Kasih menutupi segala sesuatu. Dalam terjemahan Yunani, kata “menutupi” berarti atap (Yunani: Stego). Dengan kata lain, menutupi berarti melindungi. Kasih berarti mampu melindungi dan memberikan keamanan bagi orang lain secara fisik maupun spiritual. Lebih dari itu, kita mampu menjadi tempat yang aman bagi mereka yang mau berbagi rahasia kehidupannya. Kita bisa menyimpan hal-hal yang memang tidak perlu dimunculkan ke permukaan. Hal inilah yang paling sulit. Godaan yang sering muncul adalah membeberkan rahasia itu kepada orang ketiga. Saya juga belajar banyak untuk bisa melakukan kasih seperti ini.

percaya segala sesuatu,
Dalam hal ini, Paulus tidak menyuruh kita percaya tahayul, seperti roh halus, setan dsb. Ia justru lebih meminta kita untuk mengembangkan sikap batin. Percaya segala sesuatu mengajak kita untuk selalu berpikir positif dan optimis atas apapun juga. Kadang suatu hal terlihat tidak mungkin dilakukan. Tetapi, sikap percaya akan menarik segala hal di dunia ini untuk membantu kita mewujudkan yang tidak mungkin itu. Sikap ini juga menuntut kita untuk tidak curiga terhadap sesuatu, tidak apatis dan skeptis. Ia juga mau menghilangkan pikiran negatif kita yang terwujud dalam kata-kata, “Jangan-jangan nanti begitu.... jangan-jangan nanti begini....”.

mengharapkan segala sesuatu,
Satu-satunya hal yang dapat membuat hidup kita lebih cerah adalah harapan. Harapan menimbulkan sikap optimis dan pantang menyerah untuk mencoba. Ia akan selalu antusias, seberapa besar pun beban yang dihadapinya. Harapan akan membuat seseorang tidak putus asa, selalu mencoba untuk bangkit ketika mengalami kegagalan. Ia juga mampu melihat segala hal positif dalam diri seseorang.

sabar menanggung segala sesuatu.
Dalam hal ini, kasih mengajar kita untuk menanggung konsekuensi/resiko dari pilihan yang telah kita putuskan. Akan menjadi pertanyaan kalau seorang isteri ingin menceraikan suaminya, karena ternyata suaminya adalah seorang yang emosional, pemabuk dan malas untuk bekerja. Padahal dulu ia telah memilih laki-laki itu untuk menjadi suaminya secara bebas dan sadar!! Bagi para siswa dan mahasiswa, sabarlah mengikuti kuliah yang kadang-kadang menjemukan. Untuk menjadi sarjana, tumbuhkan rasa setia, tahan dan sabar dalam mengolah skripsi. Begitu pula jika mau menjadi master maupun doktor. Atau, Saya mau menjadi imam berarti siap untuk taat, miskin dan selibat. It is simple as that... ^^

III. Pengenalan akan kasih yang belum sempurna (1Kor 13: 8-12)
13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
Ada masa di mana pengetahuan akan berakhir, ramalan-ramalan akan berhenti, bahasa-bahasa-bahasa roh akan menjadi tidak berguna. Pengetahuan berhenti ketika segala kehidupan di dunia ini sampai pada waktunya. Sedangkan kasih bersifat kekal. Mengapa kekal? Saya akan membahasnya lebih dalam lagi di bagian kesimpulan.

13:9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.
13:10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
13:11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Apa maksud dari pernyataan Paulus ini? Mengapa dia sampai pada pemahaman soal kanak-kanak? Coba kita bayangkan seperti apakah sifat anak-anak itu? Biasanya, anak-anak paling sulit untuk mengambil jarak terhadap dirinya sendiri. Apa yang ia rasakan saat itu, itulah yang dikeluarkannya. Ketika ia ingin mainan, saat itu pula harus dipenuhi. Saat emosi ia bisa langsung marah, tertawa, atau menangis. Tidak pernah kita mendengar seorang anak yang pandai mengolah emosi. Anak tidak pernah berpikir apakah pakaiannya sopan atau tidak. Ia juga tidak pernah memerhitungkan resiko atau konsekuensi dari pilihan yang diputuskannya. Jika ia suka A, ia akan memilih A biarpun A itu tidak baik di mata orangtuanya. Seorang anak masih belum dapat memberikan perlindungan bagi yang lain. Justru dirinyalah yang membutuhkan perlindungan. Maka, tak jarang kita menyebut anak itu polos, murni dan apa adanya.
Dengan demikian, kita bisa melihat apa yang dimaksud dengan sifat kekanak-kanakan.
Sifat kekanak-kanakan adalah sifat yang berlawanan dari definisi kasih yang sudah kita bahas sebelumnya. Paulus mau menegur umat di Korintus bahwa di antara mereka masih banyak yang masih bersikap kekanak-kanakan. Paulus meminta mereka dewasa dalam iman maupun dalam kepribadian. Hidup dalam kasih berarti hidup dengan penuh kedewasaan. Hidup menurut cara kristiani berarti hidup yang selalu mengarah kepada kematangan kepribadian diri. Kematangan adalah tujuan hidup orang kristen. Mau menjadi dewasa? Usahakan terus hadirnya kasih di dalam diri anda.

13:12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
Dalam Mazmur 1, pemazmur menganalogikan seperti apakah orang benar itu. “Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil”. Manusia adalah seumpama pohon itu. Sedang air yang mengalir adalah sabda Tuhan. Manusia yang membiarkan dirinya dialiri oleh sabda Tuhan akan menghasilkan buah pada waktunya. Seterik apapun matahari menyinarinya, daunnya tidak akan layu. Orang yang hidup dalam nilai-nilai Kristiani janganlah mengharapkan hasil yang sekali jadi. Semuanya butuh proses.
Maka tepat kata Paulus. Pengenalan kita akan kasih di dunia ini belum sempurna. Maka, saya yakin tidak ada satupun orang di dunia ini dapat menjalankan seluruh definisi kasih di atas dengan sempurna. Ada bagian yang bisa kita lakukan, ada yang masih terus kita perjuangkan. Paulus memaklumi hal itu karena kita masih mengenal kasih secara samar-samar. Niscaya, ada saatnya kita akan mengalami kasih dengan sempurna (eskatologis). Yaitu, pada saat kita bertemu dengan Allah, melihat muka dengan muka.

IV. Kesimpulan: yang terbesar adalah kasih (1Kor 13:13)

13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
Kita sampai pada kesimpulan tulisan Paulus. Bagaimana kita mau membahasakan ayat terakhir ini? Mengapa yang terbesar adalah kasih, bukan iman atau harapan? Saya mencoba menjelaskannya dengan sistem perbandingan berikut ini:
Harapan akan selesai ketika harapan itu sudah terpenuhi. Dengan kata lain, harapan akan sampai pada kepenuhannya saat ia didapatkan. Saya berharap untuk mendapatkan nilai A. Saya berjuang terus hingga akhirnya dapat nilai A. Disinilah harapan berhenti.
Iman pun akan selesai ketika kita bertemu dengan siapa yang kita imani. Bagi yang beriman kepada Allah, hal itu akan terwujud ketika kita meninggal. Saat itulah kita akan menghadap Sang Pencipta yang kita imani, muka dengan muka. Iman selesai.
Coba kita bayangkan jika kasih kita perlakukan seperti penjelasan iman. Apakah kasih akan berhenti ketika kita bertemu dengan orang kita kasihi? Apakah cinta akan menjadi luntur ketika kita ada bersama-sama dengan orang yang kita cintai? Jawabannya pasti tidak. Justru kasih akan semakin besar ketika kita bertemu dengan orang yang kita kasihi. Kasih juga menembus batas-batas kematian. Apa alasan orang datang ke makam orang yang dikasihi, membersihkannya, merawatnya dan mendoakannya? Tidak lain karena kita mencintai orang itu, meskipun ia sudah tidak hadir di dunia ini.
Demikianlah, kasih merupakan yang terbesar di antara segala apapun di dunia ini. Kasih selalu mengandaikan iman dan harapan. Kasih itu adalah Allah sendiri. Jika kita menghadirkan kasih, kita menghadirkan Allah. Kasih tidak akan pernah berkesudahan.

Lalu, apa relevansinya bagi kita? Saya hanya mengajak anda untuk merefleksikannya ke dalam pengalaman hidup anda sendiri. Definisi kasih menurut Paulus ini dapat kita gunakan untuk semakin kritis dalam menilai hubungan kita dengan orang lain. Benarkah dia mencintai saya? Ataukah dia hanya sekedar “nafsu” dan memanfaatkan saya sebagai pemuas kepentingannya? Hal itu bisa dinilai dengan melihat sejauh mana pasangan kita menghidupi kasih yang sudah saya bahas di atas. Ini berlaku juga bagi diri kita sendiri. Sejauh manakah aku mengasihi orang lain? Apakah aku sudah menghidupi nilai-nilai kasih di atas? Semoga tulisan ini sedikit banyak membantu anda memahami kasih yang sebenarnya.

Selamat merenungkan. Tuhan memberkati. ^^

16 Maret 2010

Jangan lalai olahraga, dengan alasan apapun!!!!

Guys, gw baru aja mengalami sakit yang aneh. Hampir saja gw mengira kalo gw ini kena asam urat. Hehehe. Selama seminggu sebelum gw nulis blog ini, di daerah Kentungan, Jogja mengalami perubahan cuaca. Tiap sore pasti hujan. Padahal sebelumnya selalu cerah. Dalam kondisi cerah itu, setiap sore hari gw sempatkan untuk olahraga. Entah futsal, joging atau sepedaan. Yang jelas gw harus mengeluarkan keringat. Itu dulu. Tetapi, ketika mulai hujan lagi, terpaksa gw ngedekem di kamar aja. Karena hujan, gw gak bisa sepedaan atau maen futsal. Jadi, waktu untuk olahraga itu gw ganti dengan melakukan hal lain. Tidur lagi, nyuci atau online di kampus.

Jumat, 12 Maret 2010
Sore hari, gw mulai merasakan hal yang aneh dalam diri gw. Saat bertugas menyapu halaman gw ngerasa tubuh ini kok kaku banget. Ada yang gak enak sama badan gw, serasa ada orang yang glendot di punggung gw. Beraaaat. Setelah nyapu, masih ada waktu kosong. Gw pakai waktu itu untuk maen futsal. Kali ini tambah aneh lagi. Saat ngangkat bola atau lari jauh gw ngerasa seluruh bagian kaki (paha dan betis) seperti tersengat setrum, ngilu. Waduuuh... ada apaan nih. Gw pikir, mungkin karena kurang gerak. Jadi, gw terusin maen futsalnya. Dan malam harinya gw tidur seperti biasa beralaskan papan triplek.

Sabtu, 13 Maret 2010
pagi buta, gw bangun!!! Mulai dari pantat sampai ke ujung kaki gw merasakan sakit yang amat sangat. Gw langsung inget kalo masih ada koyo cabe. Maka, dalam kondisi gelap2 seperti itu, gw pasang 2 koyo di pantat kiri dan kanan, 2 koyo di paha belakang kiri dan kanan. Gw berharap untuk tidur lagi, tapi ternyata gak bisa sama sekali!!! Walhasil, gw hanya tidur2an saja sampai bangun pagi itu. Semua acara, termasuk ketemu Rm. Prier, SJ untuk membahas seminar tentang mazmur terpaksa gw cancel. Bahkan untuk menelpon Rm. Prier, SJ gw harus berjalan ke ruang piket depan, dan itu sakitnya minta ampun. Ketika gw cerita kepada temen-temen lain tentang apa yang gw alami, mereka langsung vonis, “Wah, do, lo kena asam urat tuh!!” What????!!! Asam urat? Emang gw makan apaan ampe bisa asam urat? Kayanya gw gak pernah makan aneh2 dah?!!! Adanya terong gw makan, adanya cuma tempe ya gw makan. Ritme hidup gw terjaga kok!!!... Sialnya, betapapun gw menolak vonis itu, mereka tetap mencari hal-hal yang bisa membenarkan kalo gw kena asam urat. Tapi tetap gw gak percaya!!! Asumsi pertama yang muncul dalam pikiran gw adalah karena gw tidur pake triplek. Maka siangnya, gw ambil kasur dari gudang lalu gw pakai untuk tidur. Gw kira, dengan tidur siang di atas kasur bisa meredam rasa sakit pantat dan kaki gw ini. Ternyata tidak!! Sakitnya tetap terus merajalela!!!.. Beruntung hari ini rekoleksi, jadi gw bisa tidur lebih awal. Selesai sesi 1, 21.30 WIB gw langsung tergeletak tidur, sambil sesekali meringis menahan sakit.

Minggu, 14 Maret 2010
Pagi buta!!, kira2 jam 3 pagi. Yes!! Akhirnya sakit di pantat gw ilang.. Tetapi, ketika gw mulai ngulet, alamaaak!! Sekarang punggung kanan gw yang nyeri. Kali ini bener2 nyeri, ngilu, sakit, pegel, semuanya jadi satu. Untung masih ada persediaan koyo. Gw tempel tu koyo di tempat yang sakit sambil bergelap-gelapan. Dan lagi-lagi, usaha gw untuk kembali tidur sirna karena sakit yang gak bisa gw tangani ini. Pagi hari, acara sedikit longgar. Ibadat pagi diatur sendiri-sendiri. Gw jalan ke luar kamar untuk mandi jam 06.00 WIB dengan koyo yang masih nempel di punggung. Gw mandi. Dan gw mulai ngerasa, sepertinya gw masuk angin. Dari gw kecil, obat satu-satunya untuk masuk angin cuma satu, yaitu tato garis merah a.k.a kerokan!! Maka, tanpa pikir panjang, setelah mandi, gw muter nyari balsem plus duit logam 500 perak. Edvra akhirnya ngasih gw balpirik. Langsunglah gw minta tolong kang Heri buat kerokin gw. Dan mulailah proses pembuatan tato itu... Ketika mulai mengerok bagian punggung gw yang sakit, tato garis merah itu segera terbentuk. Merah, bahkan sangat merah dibandingkan bagian yang lain. Brarti emang bener nih, gw masuk angin, dan sudah akut. Setelah kerokan selesai, gw tetap ikut acara rekoleksi seperti biasa. Sesi pagi hari ikut cuma sebentar karena gw gak kuat. Jadi gw milih untuk keluar ruangan dan balik ke kamar untuk tidur. Pada saat misa penutup pun sakitnya belom ilang. Salah satu teman yang memperhatikan gw dari deretan belakang bilang, “do, tadi kamu misa kaya cacing kepanasan gitu, gerak2 terus”. Ya iyalah!!! Itu bergerak karena nahan sakit. Bahkan untuk membuat tanda salib butuh perjuangan ekstra. Hari ini gw lalui dengan cepat, sama seperti kmarin. Maunya cepet2 tidur. Malemnya, sakit di punggung itu menjalar ke depan, ke bagian dada. Langsung gw hajar sendiri deh tu pake uang logam 500. Maaaknyus rasanya ^^

Senin, 15 Maret 2010
Bangun pagi normal, pukul 4.45 pagi. Nyeri punggung masih kerasa. Saat misa gw berpikir untuk pergi ke tukang urut. Tapi gw gak tau tempat tukang urut yang jos. Maka, setelah misa gw tanya-tanya ama temen2 lain kira2 tau gak tempat urut yang enak dan murah. Eh ternyata, mereka malah menyarankan untuk minta tolong diurut sama salah satu karyawan seminari. Ternyata beliau ini sudah jadi tmpat fr2 dan romo2 yang mempunyai masalah pada otot. Gw pun langsung mencari beliau untuk janjian. Beliau bisa untuk membantu malam ini, karena kebetulan juga tugas piket malam. Kami janjian pukul 20.30 WIB.
Hari ini gw sama sekali gak kuliah. Gw cuma butuh istirahat, karena bergerak pun susah. Apalagi nyeri di punggung ini yang benar2 menyita perhatian. Beberapa kali temen2 fr yang lain ngeledekin gw. Ada yang bilang, “orang tua”, “kolesterol”, “kakek” dsb. Padahal gw kan masih umur 19 taun, ga mungkin kena asam urat. Hahahaha, dusta gak ketulungan!! ^^

20.45 WIB.
Akhirnya gw bisa ketemu sama bapak itu. Gw menjelaskan soal gejala-gejala penyakit gw ini. Beliau langsung memvonis dengan tegas, “Frater masuk angin”. Huffffth... bener kan, ternyata emang cuma kena masuk angin. Trus gw disuruh tengkurap, dan mulailah beliau menggerayangi badan gw, mulai dari kaki, pantat, punggung, ampe lengan. Bah, bener2 sakit. Gw cuma bisa teriak-teriak kalo bapak ini neken bagian-bagian yang bikin gw sakit. Tak berapa lama dia ngomong, “wah, frater, ini anginnya masuk dari kaki, trus naik sampai ke punggung”. Gw membatin, kok bisa dari kaki? Aaaaah,,.. gw inget mungkin karena hari jumat siang itu, pas gw tidur siang kipas angin di kamar gw arahin ke kaki. Makanya yang ngilu pertama kali itu kaki gw. Oooohhh, I see, I see ^^. Lalu selama urut itu, gw coba tanya2 soal sebab musabab knapa gw masuk angin.. Ternyata penyebabnya adalah persis seperti yang gw tulis pada awal blog ini. Yaak!! Karena gw lalai untuk olah raga. Otot gw yang terbiasa rutin bergerak tiba-tiba diam untuk jangka waktu yang lama. Akibatnya angin yang masuk tetap tertinggal di otot dan mengkristal. Kristal itulah yang menyebabkan otot “beku” dan mengakibatkan ngilu kalau digerakkan. Padahal jika tetap setia untuk olah raga, angin2 itu dikeluarkan lewat keringat sebelum mengkristal dan membekukan otot2. Plus, beliau juga menyarankan kalo mau olahraga lebih baik mandi dulu. Ini berguna untuk membersihkan kulit, supaya pas olahraga keringat lebih mudah untuk keluar. Jangan mandi saat berkeringat, karena hanya akan membuat otot kaku nantinya. Biarkan keringat hilang secara alami terlebih dahulu sebelum mandi.

Pengalaman ini membuat gw belajar banyak. Manusia memiliki hak dan kewajiban untuk menjaga kesehatannya sendiri!! Makanya, jangan lalai untuk olahraga, apapun alasannya!!!!