06 Juni 2011

Apa benar Allah orang Katolik ada tiga? -part 1-

Allah Tritunggal, Trinitas, atau apapun sebutannya ternyata memang telah menjadi konsep teologis yang sulit dimengerti. Sulit, tidak hanya bagi kalangan agama lain, tapi juga dari umat kita sendiri. Coba sekarang saya tanya kepada anda, bagaimana menjelaskan Allah Tritunggal? Allah Bapa, Allah Putra, Allah Roh Kudus? Kalo gitu Allahnya ada tiga dong? Bersyukurlah bagi kita yang bisa memahami misteri agung ini. Namun sayangnya, banyak orang tidak mau ambil pusing dengan hal ini dan memilih untuk membahas yang lain saja. Ada juga orang yang karena tidak mengerti lalu meninggalkan imannya lalu pindah ke keyakinan lain yang hanya mengenal konsep keesaan Allah yang mutlak. Oleh karena itu, tulisan ini adalah sebuah usaha dari saya sendiri, sebagai yang belajar teologi untuk menjelaskan (semoga) dengan lebih sederhana tentang Allah Tritunggal.

Masalah bahasa
Saya mulai dengan sebuah permasalahan yang sering membuat orang salah kaprah. Tentu kita masih ingat fenomen yang pernah terjadi ketika salah satu negara melarang penggunaan kata “Allah” bagi agama lain. Kata “Allah” hanya boleh digunakan oleh agama tertentu saja. Bagi saya ini lucu. Orang tidak lagi bisa lagi memahami bahwa bahasa juga termasuk simbol. Kita menggunakan bahasa/kata untuk mengartikan apa yang ingin kita tuju. Misalnya, kata “Manusia” mau menunjuk pada mahkluk hidup yang berakal budi – (tentu definisi ini tidak cukup karena manusia terlalu kompleks untuk didefinisikan). Di indonesia disebut “manusia”, di Amerika disebut “human”. Keduanya merupakan kata yang berbeda tapi menunjuk pada benda yang sama. Tapi “manusia”, “human” atau apapun sebutannya bukanlah menjadi nama diri benda yang dimaksud. Anda adalah manusia, tapi mempunyai nama diri misalnya, Anton, Budi, Rani, dsb.

Sama dengan Allah. Kita akan salah kaprah kalau menyebut Allah sebagai nama diri. Allah tidak punya nama!!! Waktu Musa di utus Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel (Kel 3:14), Musa bertanya kepada-Nya, “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? -- apakah yang harus kujawab kepada mereka?"… Musa bertanya nama Tuhan, supaya Musa bisa jawab kalo ia ditanya oleh orang Israel. Tapi apa jawab Tuhan? Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." Lewat perikop ini kita bisa tarik kesimpulan bahwa Allah memang tidak memiliki nama diri, dan tidak boleh dinamakan!... Mengapa? Karena ketika seseorang memberi nama diri terhadap sesuatu berarti ia telah menguasainya. Cuma orangtua yang berhak memberi anaknya nama diri. Karena anak sepatutnya “dikuasai” oleh orangtuanya. Atau, suatu kali anda di keramaian, dan banyak orang asing bagi anda. Sampai suatu saat, anda melihat seorang yang anda kenal, lalu memanggil namanya. Apa yang terjadi? Dia akan menengok, sedangkan yang lain tidak. Dengan begitu anda telah menguasai dia karena anda telah berhasil membuatnya menengok ke arah anda. Lain akan terjadi kalo anda memanggilnya dengan sebutan: “eh eh eh…” boro-boro nengok, melirik pun tidak.

Jadi sekali lagi Allah bukanlah nama diri. Menamadirikan Allah sama saja dengan kita sudah menguasai Allah dan menjadikannya milik kita. Padahal Allah bukan milik siapapun. Dia adalah yang luas, yang tak terbatas, dan tak terjangkau. “Allah” adalah sebutan yang mau menunjuk pada pribadi yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi dan segala isinya. Di Inggris disebut “God”, orang Yahudi menyebut “Adonai”, Di Jawa disebut “Gusti Allah”, tapi tetap yang dimaksud adalah pribadi yang sama.
to be continued)

1 komentar:

  1. ihhh..ini kan pernah dibahas juga..bukan 3 Allah tp 3 fungsi. dan mnrt gw, itu hny cara manusia mendeskripsikan Allah yg emang luas tak terbatas..sbg Bapa, Putra dan Roh Kudus

    BalasHapus