31 Mei 2010

Sebuah refleksi Kristologis: Apakah Yesus Kristus tokoh fiktif???

Saya pernah diberikan sebuah film dokumenter yang berjudul “Zeitgeist” oleh seorang mahasiswi yang saya dampingi. Ia mengalami kegoncangan iman setelah menonton film itu. Setelah saya menontonnya, saya paham mengapa film ini dapat membuat goyah mereka yang tidak memiliki iman kristiani yang kuat. Dalam film itu, sekte anti-kristus ini memberikan bukti dan fakta-fakta yang akhirnya membuktikan bahwa Agama Kristen tidak lebih daripada penipuan belaka. Kristus adalah sosok fiktif yang sama sekali tidak pernah ada di dunia ini. Kesimpulan ini didapat dari penelitian mereka yang mengaitkan kisah Yesus di Injil persis mengadaptasi sistem astrologi dan kisah-kisah mitologi Yunani. Pola kehidupan Yesus - lahir dari perawan Maria, berdiskusi pada umur dua belas, memiliki dua belas rasul, dikhianati lalu dijual dan wafat disalib, lalu bangkit pada hari ketiga dan akhirnya diangkat ke surga – sesungguhnya juga digunakan oleh banyak tokoh mitologi kebudayaan Eropa waktu itu, Yunani, Romawi, dsb.

Maka, kisah Yesus di Injil tidak lebih dari rekaan para Gereja awal dan terus menerus dijaga sampai sekarang demi hidup sosial politis pejabat Gereja. Di akhir film, narator secara menyakinkan menyatakan “The Figure of Jesus, did not even exist!”. Ditampilkan pula sebuah kutipan, “The Christian religion is a parody on the worship of the sun, in which they put a man called Christ in the place of the sun, and pay him the adoration originally payed to the sun.” (Thomas Paine, 1737-1809). Setelah saya menonton film ini saya akhirnya bersyukur mengapa saya pernah mengikuti kuliah Kristologi. Mungkin, saya akan mengalami hal yang sama dengan mahasiswi saya itu jika tidak benar-benar mendalami siapa Yesus. Bahkan saya pun memiliki beberapa pertanyaan kritis terhadap kesimpulan akhir film itu yang menurut saya lucu.

Pertama, jika memang benar Yesus adalah tokoh fiktif, bagaimana menjelaskan kesaksian Paulus yang bertobat karena melihat Yesus yang bangkit dengan mata kepalanya sendiri. Tidak hanya itu, bagaimana menjelaskan kesaksian-kesaksian lain yang dibuat oleh para murid tentang kebangkitan Kristus.
Kedua, jika Yesus adalah tokoh fiktif, bagaimana menjelaskan mukjizat-mukjizat yang terjadi di dunia ini atas nama Dia? Misalnya saja, mukjizat yang terjadi pada kisah hidup para martir, dan para kudus Gereja?
Ketiga, kesimpulan yang dibuat di akhir film sangat tidak logis. Yang ada dalam pikiran saya justru kesimpulannya harus dibalik. Film itu memang berhasil membuktikan bahwa ada kaitan erat kisah kehidupan Yesus di Injil dengan epik-epik peradaban kuno. Tetapi tidak lantas menganggap bahwa Yesus juga adalah tokoh fiktif. Yesus nyata dan hadir di dunia. Lalu mengapa banyak kesamaan pola dengan epik-epik itu? Tak lain karena masalah peredaksian kitab suci kala itu yang didominasi oleh orang Kristen Yahudi dan Yunani. Khususnya bagi Kristen Yunani, akan lebih mudah diterima bagi akal mereka jika kisah Yesus sedikit disesuaikan dengan kisah-kisah mitologi Yunani milik mereka. Yustinus Martir (100-165) pernah berdiskusi dengan orang-orang Yunani. Tentang Yesus ia mengatakan, “Ia dilahirkan dari seorang perawan, terimalah konsep ini sama seperti kalian mempercayai (anak dewa) Perseus”. Segala hal itu tidak lain mau membuktikan, bagaimana pun cara Yesus digambarkan dan dipahami, yang terpenting Yesus dapat diterima dan dipercayai oleh semakin banyak orang. Oleh karena itulah jiwa mereka diselamatkan. Lagipula saya tidak terlalu mementingkan apakah Yesus adalah tokoh fiktif atau bukan. Yang terpenting bagi saya adalah bahwa Yesus adalah juruselamat saya. Sabda dan karya-Nya menjadi pedoman hidup saya sampai selama-lamanya.

1 komentar:

  1. Yesus nyata dan hadir di dunia.

    APA BUKTINYA BAHWA YESUS NYATA DAN HADIR DI DUNIA??

    BalasHapus