22 Maret 2010

KASIH ITU.......

1Kor 13:1-13

Dalam sebuah kesempatan saya tertarik untuk merenungkan sebuah perikop kitab suci. Hati saya tertumbuk pada sebuah perikop yang sudah dikenal banyak orang, khususnya mereka yang akan menikah. Perikop ini biasanya dipilih dan dijadikan sebagai landasan utama sebuah pernikahan. Yang saya maksud adalah surat paulus kepada jemaat di Korintus, 13:1-13, yang berbicara tentang kasih.
Jika orang berbicara tentang kasih, biasanya diasosiasikan dengan kata "cinta”. Bagi saya, pembedaan ini hanya terletak pada masalah bahasa. Keduanya memiliki arti yang kurang lebih sama. Nah, arti kasih yang seperti apa? Pertanyaan itulah yang coba saya jawab dalam tulisan blog kali ini. Berpangkal dari surat paulus ini, saya akan mencoba mendefinisikan kata “kasih”. Anda boleh setuju atau tidak setuju. Tapi saya rasa pada akhirnya nanti anda akan setuju pada saya. Mengapa? Tunggulah sampai akhir tulisan ini. So, happy reading.... ^^


I. Bahasa Manusia (1Kor 13:1-3)
Pada bagian pertama ini Paulus lebih menitik beratkan pada bahasa manusia. Paulus mau menyentuh tindakan-tindakan yang dilakukan manusia kesehariannya dan dikaitkan dengan kasih.

13:1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Tong kosong nyaring bunyinya. Air beriak tanda tak dalam. Paulus mau menggambarkan bagaimana bahasa, verbal maupun non verbal yang sebagus dan seindah apapun menjadi kosong jika kita tidak melakukannya dengan kasih. Percumalah kata-kata indah, pujian, sanjungan, rayuan-rayuan jika semua tindakan itu tidak dilandasi pertama-tama oleh kasih. Semua itu tidak lebih daripada sampah.

13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
Ayat ini lebih menyoroti aspek iman dan kognitif manusia. Manusia bisa mencari ilmu pengetahuan setinggi-tingginya. Manusia juga bisa menjadi seorang yang beriman sedalam-dalamnya. Tetapi jika ia melakukannya itu dan tidak melandaskannya pada kasih, Paulus mengatakan: sama sekali tak berguna. Tidak ada gunanya ilmu yang hanya dipakai untuk kehebatan diri sendiri. Pun pula iman yang hanya berlaku untuk keselamatan diri sendiri. Bukankah lebih mulia jika keduanya itu digunakan demi kasih terhadap sesama dan hadirnya Kerajaan Allah di dunia?

13:3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Ayat terakhir dalam bagian pertama ini mau mencoba menyentuh aspek sosial manusia. Paulus mau mengritik orang-orang yang menderma yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Ia mengatakan bahwa seberapa baiknya perbuatan kita, tetapi jika tidak dilandasi kasih, hal itu tidak ada maknanya sama sekali. Begitu pula dengan paham kemartiran. Orang mungkin menyangka mati demi membela iman dapat disebut martir. Tunggu dulu. Apakah pengorbanan diri itu juga bersumber dari kasih yang sama? Kalau hanya demi mencari ketenaran diri dan sensasi buat apa? Lebih mulia seorang ayah yang bekerja keras siang dan malam, agar keluarganya bisa hidup sejahtera.

II. Kasih itu..... (1Kor 13:4-7)
Kita sampai pada maksud utama Paulus. Dalam empat ayat berikut ia mendefinisikan apakah kasih itu? Ia menyajikannya dengan bahasa afirmasi dan negasi. Kasih ia personifikasikan, seolah-olah menjadi sesuatu yang hidup. Dengan menulis surat ini, Paulus menajamkan kembali nilai-nilai kristiani yang sudah ada. Maka, marilah kita merenungkan satu persatu definisi kasih yang dimaksud.

13:4 Kasih itu sabar;
Seringkali yang menyebabkan seorang itu ceroboh adalah ketidaksabaran. Ia tidak bisa menunggu dalam waktu yang lama. Hal ini juga mengakibatkan seseorang keliru dalam mengambil keputusan. Sabar berarti bisa menunggu. Ia mengajak orang untuk tidak reaktif dalam menanggapi suatu peristiwa. Reaktif itu seperti lolongan anjing atau serigala. Begitu satu dari hewan itu melolong, yang lain mengikuti lolongan itu, meskipun tidak tahu lolongan itu untuk apa.
Sabar berarti mampu mengambil jarak terhadap diri kita maupun lingkungan sekitar kita. Berkaitan dengan pilihan, sabar juga diartikan sebagai kemampuan untuk mampu menimbang-menimbang pilihan sebelum mengambil sebuah keputusan. Tidak tergesa-tergesa. Tidak hanya mengandalkan emosi sesaat. Berpikirlah sebelum bertindak.

kasih itu murah hati;
Sebuah barang yang dijual murah biasanya paling dicari oleh banyak orang. Apalagi jika ia juga berkualitas akan makin banyak orang yang mencarinya. Mengapa? Karena barang itu mampu menyentuh dan menerima orang lain, bagaimana pun kondisinya. Ia mampu menyediakan diri bagi mereka yang mampu maupun kurang mampu. Semua lapisan bisa memilikinya.
Sikap murah hati adalah sikap terbuka terhadap siapapun. Hati yang “murah” memampukan kita untuk menerima siapapun, apapun kondisi mereka. Mereka yang tenar, maupun disingkirkan bisa diterima oleh kita yang memiliki sikap murah hati. Kasih itu murah hati, sebab ia membuka hati bagi siapapun dalam kondisi apapun. Ia melampaui segala perbedaan fisik, jenis kelamin, status sosial, suku, agama dan ras.

ia tidak cemburu.
Banyak orang bilang cemburu adalah tanda cinta. Benarkah? Saya kira pernyataan itu harus semakin diverifikasi kebenarannya. Paulus pasti punya alasan mengapa ia mengatakan kasih itu tidak cemburu. Darimana sebenarnya datangnya cemburu? Cemburu muncul ketika seseorang/sesuatu yang seharusnya hanya menjadi milik kita ternyata ikut “dinikmati” oleh orang lain. Dengan kata lain, sesuatu/seseorang itu menjadi terbagi, atau bahkan sepenuhnya menjadi milik orang lain. Ia jauh dari kita saat kita membutuhkannya.
Cemburu memiliki makna lebih dalam daripada makna luaran itu. Cemburu adalah tanda bahwa seorang tidak nyaman dengan apa yang ada dalam dirinya sendiri. Ia kesepian, butuh seseorang/sesuatu untuk mengisi kesepian itu. Kebutuhan ini lantas menjadikan seseorang/sesuatu itu menjadi obyek pemuas kesepian itu. Kasih bukan berarti mendukung kita membiarkan orang lain memiliki apa yang kita punya. Bukan soal itu. Yang mau ditekankan adalah sikap egois diri. Kecemburuan adalah sifat yang selalu mengarah ke dalam diri sendiri. Ia selalu muncul di saat kita ingin nyaman, dan aman, meskipun harus mengorbankan kebebasan dan mengobyekkan orang lain. Cemburu juga menjadi akar sifat posesif. Bukankah seringkali kita cemburu buta, cemburu tanpa tau alasan dan kebenarannya?

Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Kasih selalu mengarah ke luar dari diri. Memegahkan diri dan sombong adalah sifat yang sama sekali bertolak belakang dengan sifat kasih. Seseorang memegahkan diri dan sombong biasanya karena menganggap dirinya hebat, berprestasi, dan lebih dari yang lain. Padahal, semua prestasi itu didapatkan bukan karena hebatnya kita. Tetapi justru karena jasa orang yang pernah ada dalam sejarah hidup kita. Mulai saja dari yang paling mudah. Tidak akan ada orang seperti Albert Einstein di dunia ini jika tidak ada ayahnya yang menanam benih, ibunya yang mengandung dan melahirkannya ke dunia ini. Jadi, masihkah kita buta dan memegahkan diri kita sebegitu rupa?

13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan
Sopan menjadi relatif karena dunia ini terdiri dari tradisi dan budaya yang beragam. Apa yang kita anggap sopan di daerah A, mungkin dianggap melecehkan di daerah B. Oleh karena itu, Paulus tidak menyentuh konsep kesopanan dalam tataran praksis seperti ini. Ia bergerak lebih dalam lagi. Sopan berarti memberi perhatian dan penghargaan terhadap kehadiran orang lain sesuai dengan konteksnya. Saya pernah membaca sebuah artikel. Barrack Obama, presiden AS sekarang, pernah dikritik keras karena menunduk saat bertemu dengan perdana menteri Jepang. Mereka yang mengritik mengatakan bahwa tidak sepantasnya Obama, sebagai pemimpin negara adidaya di dunia merendahkan diri seperti itu. Jika peristiwa ini dikaitkan dengan definisi kasih ini, bagaimana tanggapan anda?

dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Saya rasa definisi kasih itu tidak perlu dijelaskan lebih lanjut. Segala hal yang mengarahkan kepada pemenuhan kepentingan diri sendiri tidak akan pernah masuk ke dalam kategori kasih.

Ia tidak pemarah
Apakah menjadi pemarah berarti menjadi orang yang tidak memiliki kasih? Pertanyaan inilah yang mau dijawab oleh Paulus. Definisi ini bukannya melarang kita untuk marah. Bukan itu. Tidak pemarah lebih menitikberatkan kemampuan kita untuk mengendalikan diri. Sifat pemarah selalu dilawankan dengan kesabaran. Biasanya saat menenangkan orang yang sedang dinaungi kemarahan kita mengatakan, “Sabar dulu, coba sabar ya... “. Sekali lagi definisi ini mengajak kita untuk coba mengambil jarak atas apapun yang terjadi di luar diri kita. Jernihkan pikiran kita sebelum marah. Jika ada alasan yang masuk akal dan bertanggung jawab, dan anda perlu untuk marah, maka marahlah! Saya pun pernah marah, karena saya butuh untuk marah untuk menenangkan murid-murid yang tidak bisa diatur dan kurang ajar.
Ada sebuah analogi. Sebuah botol yang berisi air putih dikocok bersama-sama dengan sebuah botol yang berisi soda/cola. Saat dibuka, air yang berisi air putih akan tetap jernih. Sedangkan botol satunya akan memuncratkan isinya ke berbagai arah. Rangsangan yang sama menimbulkan reaksi berbeda. Botol yang manakah yang menggambarkan diri anda saat ini?

dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Menyimpan kesalahan orang lain adalah sikap yang sangat tidak masuk akal. Bagi saya, tindakan ini sama dengan ketika seseorang meludahi pakaian kita, lalu pakaian itu kita simpan terus menerus alih-alih dicuci. Tindakan ini sangat membuang energi yang sebenarnya dapat dipakai untuk hal berguna lainnya.
Tidak menyimpan kesalahan orang lain juga berarti tidak berpikir negatif terhadap orang lain. Tidak berusaha mencari kesalahan sesama. Tidak membicarakan kejelekan orang. THINK NO EVIL!!!! Gunakanlah energi anda untuk membuat kebaikan.

13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Bicara ketidakadilan, kita harus berbicara tentang definisi keadilan. Apa itu adil? Apakah hanya berhenti pada konsep sama rata sama rasa? Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa keadilan sebenarnya harus dipahami secara sederhana. Keadilan berarti kewajiban untuk memberikan perlakuan yang sama terhadap semua orang lain yang berada dalam situasi yang sama dan untuk menghormati hak semua pihak yang bersangkutan (Etika dasar, hlm132. Kanisius: 1987). Jika anda membeli 1 es krim untuk kedua anak anda di rumah. Anda tidak adil karena ada satu anak yang tidak mendapatkan es krim. Lain hal jika anak tersebut sedang pantang es, sakit, atau malah sedang di luar negeri. Situasi yang berbeda menuntut perlakuan yang berbeda.
Kebenaran yang dimaksud Paulus tidak berhenti pada hal hukum. Kebenaran yang harus menjadi pegangan kita adalah pegangan iman yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan lebih tinggi dari hukum apapun di muka bumi ini. Di mana kita bisa mencari kehendak Tuhan? Carilah di Kitab Suci, tentu dengan memperhitungkan konteks dan situasi isi kitab suci itu.
Paulus mengajak kita untuk berdukacita jika kita melihat ketidakadilan. Suara hati kita terusik. Kobarkanlah hati demi kerinduan akan hadirnya kebenaran!!

13:7 Ia menutupi segala sesuatu,
Suatu kali anda kehujanan, tanpa membawa payung maupun jas hujan. Anda sangat kedinginan. Lalu anda masuk ke sebuah warung untuk berteduh. Melihat anda kedinginan, sang pemilik warung menyajikan teh hangat, pisang goreng hangat, gratis. Tidak hanya itu, ia juga meminjamkan handuk untuk anda. Anda merasa sangat aman dan hangat saat itu. Padahal sebelumnya anda merasa kedinginan dan terancam.
Kasih menutupi segala sesuatu. Dalam terjemahan Yunani, kata “menutupi” berarti atap (Yunani: Stego). Dengan kata lain, menutupi berarti melindungi. Kasih berarti mampu melindungi dan memberikan keamanan bagi orang lain secara fisik maupun spiritual. Lebih dari itu, kita mampu menjadi tempat yang aman bagi mereka yang mau berbagi rahasia kehidupannya. Kita bisa menyimpan hal-hal yang memang tidak perlu dimunculkan ke permukaan. Hal inilah yang paling sulit. Godaan yang sering muncul adalah membeberkan rahasia itu kepada orang ketiga. Saya juga belajar banyak untuk bisa melakukan kasih seperti ini.

percaya segala sesuatu,
Dalam hal ini, Paulus tidak menyuruh kita percaya tahayul, seperti roh halus, setan dsb. Ia justru lebih meminta kita untuk mengembangkan sikap batin. Percaya segala sesuatu mengajak kita untuk selalu berpikir positif dan optimis atas apapun juga. Kadang suatu hal terlihat tidak mungkin dilakukan. Tetapi, sikap percaya akan menarik segala hal di dunia ini untuk membantu kita mewujudkan yang tidak mungkin itu. Sikap ini juga menuntut kita untuk tidak curiga terhadap sesuatu, tidak apatis dan skeptis. Ia juga mau menghilangkan pikiran negatif kita yang terwujud dalam kata-kata, “Jangan-jangan nanti begitu.... jangan-jangan nanti begini....”.

mengharapkan segala sesuatu,
Satu-satunya hal yang dapat membuat hidup kita lebih cerah adalah harapan. Harapan menimbulkan sikap optimis dan pantang menyerah untuk mencoba. Ia akan selalu antusias, seberapa besar pun beban yang dihadapinya. Harapan akan membuat seseorang tidak putus asa, selalu mencoba untuk bangkit ketika mengalami kegagalan. Ia juga mampu melihat segala hal positif dalam diri seseorang.

sabar menanggung segala sesuatu.
Dalam hal ini, kasih mengajar kita untuk menanggung konsekuensi/resiko dari pilihan yang telah kita putuskan. Akan menjadi pertanyaan kalau seorang isteri ingin menceraikan suaminya, karena ternyata suaminya adalah seorang yang emosional, pemabuk dan malas untuk bekerja. Padahal dulu ia telah memilih laki-laki itu untuk menjadi suaminya secara bebas dan sadar!! Bagi para siswa dan mahasiswa, sabarlah mengikuti kuliah yang kadang-kadang menjemukan. Untuk menjadi sarjana, tumbuhkan rasa setia, tahan dan sabar dalam mengolah skripsi. Begitu pula jika mau menjadi master maupun doktor. Atau, Saya mau menjadi imam berarti siap untuk taat, miskin dan selibat. It is simple as that... ^^

III. Pengenalan akan kasih yang belum sempurna (1Kor 13: 8-12)
13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
Ada masa di mana pengetahuan akan berakhir, ramalan-ramalan akan berhenti, bahasa-bahasa-bahasa roh akan menjadi tidak berguna. Pengetahuan berhenti ketika segala kehidupan di dunia ini sampai pada waktunya. Sedangkan kasih bersifat kekal. Mengapa kekal? Saya akan membahasnya lebih dalam lagi di bagian kesimpulan.

13:9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.
13:10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
13:11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Apa maksud dari pernyataan Paulus ini? Mengapa dia sampai pada pemahaman soal kanak-kanak? Coba kita bayangkan seperti apakah sifat anak-anak itu? Biasanya, anak-anak paling sulit untuk mengambil jarak terhadap dirinya sendiri. Apa yang ia rasakan saat itu, itulah yang dikeluarkannya. Ketika ia ingin mainan, saat itu pula harus dipenuhi. Saat emosi ia bisa langsung marah, tertawa, atau menangis. Tidak pernah kita mendengar seorang anak yang pandai mengolah emosi. Anak tidak pernah berpikir apakah pakaiannya sopan atau tidak. Ia juga tidak pernah memerhitungkan resiko atau konsekuensi dari pilihan yang diputuskannya. Jika ia suka A, ia akan memilih A biarpun A itu tidak baik di mata orangtuanya. Seorang anak masih belum dapat memberikan perlindungan bagi yang lain. Justru dirinyalah yang membutuhkan perlindungan. Maka, tak jarang kita menyebut anak itu polos, murni dan apa adanya.
Dengan demikian, kita bisa melihat apa yang dimaksud dengan sifat kekanak-kanakan.
Sifat kekanak-kanakan adalah sifat yang berlawanan dari definisi kasih yang sudah kita bahas sebelumnya. Paulus mau menegur umat di Korintus bahwa di antara mereka masih banyak yang masih bersikap kekanak-kanakan. Paulus meminta mereka dewasa dalam iman maupun dalam kepribadian. Hidup dalam kasih berarti hidup dengan penuh kedewasaan. Hidup menurut cara kristiani berarti hidup yang selalu mengarah kepada kematangan kepribadian diri. Kematangan adalah tujuan hidup orang kristen. Mau menjadi dewasa? Usahakan terus hadirnya kasih di dalam diri anda.

13:12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
Dalam Mazmur 1, pemazmur menganalogikan seperti apakah orang benar itu. “Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil”. Manusia adalah seumpama pohon itu. Sedang air yang mengalir adalah sabda Tuhan. Manusia yang membiarkan dirinya dialiri oleh sabda Tuhan akan menghasilkan buah pada waktunya. Seterik apapun matahari menyinarinya, daunnya tidak akan layu. Orang yang hidup dalam nilai-nilai Kristiani janganlah mengharapkan hasil yang sekali jadi. Semuanya butuh proses.
Maka tepat kata Paulus. Pengenalan kita akan kasih di dunia ini belum sempurna. Maka, saya yakin tidak ada satupun orang di dunia ini dapat menjalankan seluruh definisi kasih di atas dengan sempurna. Ada bagian yang bisa kita lakukan, ada yang masih terus kita perjuangkan. Paulus memaklumi hal itu karena kita masih mengenal kasih secara samar-samar. Niscaya, ada saatnya kita akan mengalami kasih dengan sempurna (eskatologis). Yaitu, pada saat kita bertemu dengan Allah, melihat muka dengan muka.

IV. Kesimpulan: yang terbesar adalah kasih (1Kor 13:13)

13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
Kita sampai pada kesimpulan tulisan Paulus. Bagaimana kita mau membahasakan ayat terakhir ini? Mengapa yang terbesar adalah kasih, bukan iman atau harapan? Saya mencoba menjelaskannya dengan sistem perbandingan berikut ini:
Harapan akan selesai ketika harapan itu sudah terpenuhi. Dengan kata lain, harapan akan sampai pada kepenuhannya saat ia didapatkan. Saya berharap untuk mendapatkan nilai A. Saya berjuang terus hingga akhirnya dapat nilai A. Disinilah harapan berhenti.
Iman pun akan selesai ketika kita bertemu dengan siapa yang kita imani. Bagi yang beriman kepada Allah, hal itu akan terwujud ketika kita meninggal. Saat itulah kita akan menghadap Sang Pencipta yang kita imani, muka dengan muka. Iman selesai.
Coba kita bayangkan jika kasih kita perlakukan seperti penjelasan iman. Apakah kasih akan berhenti ketika kita bertemu dengan orang kita kasihi? Apakah cinta akan menjadi luntur ketika kita ada bersama-sama dengan orang yang kita cintai? Jawabannya pasti tidak. Justru kasih akan semakin besar ketika kita bertemu dengan orang yang kita kasihi. Kasih juga menembus batas-batas kematian. Apa alasan orang datang ke makam orang yang dikasihi, membersihkannya, merawatnya dan mendoakannya? Tidak lain karena kita mencintai orang itu, meskipun ia sudah tidak hadir di dunia ini.
Demikianlah, kasih merupakan yang terbesar di antara segala apapun di dunia ini. Kasih selalu mengandaikan iman dan harapan. Kasih itu adalah Allah sendiri. Jika kita menghadirkan kasih, kita menghadirkan Allah. Kasih tidak akan pernah berkesudahan.

Lalu, apa relevansinya bagi kita? Saya hanya mengajak anda untuk merefleksikannya ke dalam pengalaman hidup anda sendiri. Definisi kasih menurut Paulus ini dapat kita gunakan untuk semakin kritis dalam menilai hubungan kita dengan orang lain. Benarkah dia mencintai saya? Ataukah dia hanya sekedar “nafsu” dan memanfaatkan saya sebagai pemuas kepentingannya? Hal itu bisa dinilai dengan melihat sejauh mana pasangan kita menghidupi kasih yang sudah saya bahas di atas. Ini berlaku juga bagi diri kita sendiri. Sejauh manakah aku mengasihi orang lain? Apakah aku sudah menghidupi nilai-nilai kasih di atas? Semoga tulisan ini sedikit banyak membantu anda memahami kasih yang sebenarnya.

Selamat merenungkan. Tuhan memberkati. ^^

3 komentar: